Sabtu, 18 Februari 2012

Salmonella abdominalis

Salmonella abdominalis
Definisi
Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinik yang sama dengan anteritis akut, oleh karena itu penyakit ini disebut juga penyakit demam enterik. Penyebabnya adalah kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C (Rasmilan, FKM U.S.U 2001).

Gambaran Klinis
Masa tunas Typhus Abdominalis berlangsung 10 – 14 hari. Gejala – gejala yang timbul amat bervariasi :
1. Dalam minggu pertama sama dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu : demam, sakit kepala, pusing, mual, muntah diare.
2. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam maksimum, lidah yang khas (kotor di tengah tepi dan ujung merah) sedangkan diare lebih sering terjadi.
3. Pada minggu ketiga bila keadaan membaik gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai menurun.

Epidemiologi
Typhus Abdominalis di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang penting. Penyebab timbulnya Typhus Abdominalis ada beberapa hal, yaitu :
1. Sumber infeksi
a. Melalui makanan yang berasal dari hewan yang sakit, yang dimasak kurang matang, misalnya : daging, telur, susu.
b. Melalui air untuk kepentingan rumah tangga yang tidak memenuh syarat kesehatan.
c. Makanan dan minuman berhubungan dengan binatang yang mengandung bakteri Salmonella typhi, seperti lalat, tikus, kucing dan ayam (dr. Indan Entjang, 2003 : 107)
2. Asal kontaminasi
Tinja dari kasus subklinik atau pembawa kuman (carrier) yang tidak diketahui adalah sumber kontaminasi yang lebih penting dari pada kasus klinik yang nyata dan segera diisolasi, misalnya bila pembawa kuman yang bekerja sebagai pembuat makanan mengeluarkan kuman-kuman (Jawetz, 1996 : 247).
3. Pembawa kuman
Semua individu dengan infeksi Salmonella mengekskresikan kuman tersebut dalam tinja untuk jangka waktu yang bervariasi. Mereka disebut carrier convaiescent organisme tersebut. Individu yang mengekskresikan kuman Salmonella selama 1 tahun atau lebih disebut carrier kronik (Staf Pengajar Fak. Kedokteran U.I, 1993 : 173).
4. Pencegahan
Dengan mengetahui cara penyebaran penyakit maka dapat dilakukan pengendalian dengan menerapkan dasar higiene dan kesehatan masyarakat yaitu melakukan deteksi dan isolasi terhadap sumber infeksi. Perlu diperhatikan faktor kebersihan lingkungan, pembuangan sampah dan clorinasi air minum, perlindungan terhadap suplai makanan dan minuman, peningkatan ekonomi dan kebersihan hidup sehat serta mengurangi populasi lalat (Rasmilan, FKM U.S.U, 2001).
Vaksinasi dengan menggunakan T.A.B (mengandung basil tifoid dan paratiroid A dan B yang dimatikan) yang diberikan subkutan dua atau tiga kali pemberian dengan interval 10 hari merupakana tindakan yang praktis untuk mencegah penularan Typhus Abdominalis (Soedarto, 1996 : 49)

Apa itu kuman Salmonella
1. Morfologi
Salmonella adalah kuman yang berbentuk batang, tidak berspora, bersifat asam negatif, yang umumnya bergerak dengan flagel peristik kecuali Salmonella pullorum dan Salmonella galinarum. Besar koloni rata-rata 2 – 4 mm dengan ukuran 1 – 3,5 µm x 0,5 – 0,8 µm. Salmonella tumbuh cepat pada pembenihan biasa, tetapi tidak meragikan laktosa atau sukrosa, kuman ini cenderung menghasilkan hidrogen sulfida, kuman ini dapat hidup dalam air yang dibekukan untuk masa yang lama.
Salmonella resisten terhadap zat-zat kimia tertentu misalnya hijau brilian, natrium tertrational dan natrium dioksikholat. Senyawa-senyawa ini menghambat kuman koliform dan karena itu bermanfaat untuk isolasi Salmonella dari tinja. (Mikrobiologi untuk profesi kesehatan : 300)
2. Struktur Antigen
Salmonella typhosa mempunyai 3 macam Antigen antara lain :
a. Antigen O (Antigen somatik)
Antigen ini merupakan bagian dari dinding sel bakteri. Tahan terhadap pemanasan 1000C, alkohol dan asam. Antibodi yang dibentuk IgM.
b. Antigen H (Antigen flagella)
Antigen ini bersifat termolabil dan rusak pada pemanasan 600C oleh alkohol dan asam. Antibodi yang dibentuk bersifat IgG.
c. Antigen Vi ( Antigen kapsular )
Berupa polimer dan polisakarida yang bersifat asam, terdapat pada bagian kuman.Antigen ini tidak rusak pada pemanasan 600C selama 1 jam pada pemanasan fenol dan asam (Surya Bambang, 1995 :144)

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ada 2 pemeriksaan yang dilakukan, yaitu :
1. Pemeriksaan bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologik diagnosa pasti akan ditemukan kuman Salmonella typhosa pada salah satu biakan darah, feses, urin, sumsum tulang maupun cairan duodenum. Dalam pemeriksaan bakteriologik biakan darah positif dalam minggu pertama, biakan urin dan feses positif pada minggu ke-3 dan ke-4, hasilnya akan menurun setelah pemakaian antibiotika dan biakan sumsum tulang tetap memperlihatkan hasil positif yang tinggi karena tidak dipengruhi oleh pemakaian antibiotika. Kemungkinan ditemukan biakan positif pada sumsum tulang (90 %), pada darah (40 %), feses (85 %), urine (25 %) (Staf pengajar Fak. Kedokteran U.I, 1993 : 172)
2. Diagnosa serologi
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin) yang spesifik terhadap Salmonella. Terdapat dalam serum pasien demam typhoid, juga pada orang yang pernah ketularan Salmonella dan pada orang yang pernah di vaksinasi terhadap demam typhoid.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud dari uji widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita demam typhoid. (Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III : 437).

Metode untuk test widal ada 2 macam, yaitu :
a. Metode cara tabung.
b. Metode cara slide.
Dari kedua metode tersebut di atas tidak ada perbedaan yang mencolok, sehingga dapat digunakan untuk pemeriksaan laboratorium khususnya untuk membantu menegakkan diagnosa Typhus abdominalis (demam typhoid).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Uji Widal
Faktor-faktor yang mempengaruhi uji widal yaitu :
1. Faktor yang berhubungan dengan penderita meliputi :
a. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit.
Aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah penderita sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke 5 atau 6.
b. Pengobatan dini dan antibiotika.
Bahwa pengobatan dini dan antimikroba menghambat pembentukan antibodi, tetapi peneliti-peniliti lain menentang pendapat ini.
c. Keadaan umum gizi.
Gizi umum menghambat pembentukan antibodi
2. Faktor-faktor teknis meliputi :
a. Aglutinasi silang.
Karena beberapa spesies Salmonella dapat mengandung Antigen O dan H yang sama, maka reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat juga menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies lain. Oleh karena itu spesies Salmonella penyebab infeksi tidak dapat ditentukan dengan uji widal.
b. Konsentrasi suspensi antigen.
Konsentrasi suspensi antigen yang digunakan pada uji widal akan mempengaruhi hasilnya.
c. Strain Salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen.
Ada peneliti yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain Salmonella setempat lebih baik dari pada suspensi antigen dari strain lain (Ilmu penyakit dalam, jilid I.edisi III : 439 – 440)

Jumat, 17 Februari 2012

Hepatitis A

Hepatitis A

Penyakit Hepatitis A disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran/tinja penderita biasanya melalui makanan (fecal - oral), bukan melalui aktivitas seksual atau melalui darah. Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis lain (B dan C). Sementara hepatitis B dan C disebarkan melalui media darah dan aktivitas seksual dan lebih berbahaya dibanding Hepatitis A.

Masa inkubasi

Waktu terekspos sampai kena penyakit kira-kira 2 sampai 6 minggu. penderita akan mengalami gejala gejala seperti demam, lemah, letih, dan lesu, pada beberapa kasus, seringkali terjadi muntah muntah yang terus menerus sehingga menyebabkan seluruh badan terasa lemas. Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus, dll.

Gejala

Seringkali tidak ada bagi anak kecil; demam tiba-tiba, hilang nafsu makan, mual, muntah, penyakit kuning (kulit dan mata menjadi kuning), air kencing berwarna tua, tinja pucat. Hepatitis A dapat dibagi menjadi 3 stadium: (1) pendahuluan (prodromal) dengan gejala letih, lesu, demam, kehilangan selera makan dan mual; (2) stadium dengan gejala kuning (stadium ikterik); dan (3) stadium kesembuhan (konvalesensi). Gejala kuning tidak selalu ditemukan. Untuk memastikan diagnosis dilakukan pemeriksaan enzim hati, SGPT, SGOT. Karena pada hepatitis A juga bisa terjadi radang saluran empedu, maka pemeriksaan gama-GT dan alkali fosfatase dapat dilakukan di samping kadar bilirubin.

Masa pengasingan yang disarankan

Selama 2 minggu setelah gejala pertama atau 1 minggu setelah penyakit kuning muncul. Pasien juga diharapkan menjaga kebersihan.

Pencegahan

Menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan dengan teliti; orang yang dekat dengan penderita mungkin memerlukan terapi imunoglobulin. Imunisasi hepatitis A bisa dilakukan dalam bentuk sendiri (Havrix) atau bentuk kombinasi dengan vaksin hepatitis B (Twinrix). Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan booster yang dilakukan 6-12 bulan kemudian, sementara imunisasi hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu bulan dan 6 bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi orang yang potensial terinfeksi seperti penghuni asrama dan mereka yang sering jajan di luar rumah.

Sumber.Wikipedia