Jumat, 14 Oktober 2011

BILIRUBIN,UROBILIN,KETON

1.     Billirubin Urine
Bilirubin secara normal tidak terdapat dalam urine, namun dalam jumlah yang sangat sedikit dapat berada dalam urine, tanpa terdeteksi melalui pemeriksaan rutin. Billirubin terbentuk dari penguraian hemoglobin dan ditranspor menuju hati, tempat billirubin berkonjugasi dan diekskresi dalam bentuk empedu. Billirubin tak terkonjugasi atau tak langsung bersifat larut dalm lemak, serta tidak dapat diekskresikan ke dalam  urine.
Billirubinuria mengindikasikan kerusakan hati atau obstruksi empedu dan kadarnya yang besar ditandai dengan warna kuning.        
v  Pemeriksaan Billirubin Urine
a.       Metode
Harrison
b.      Tujuan
Untuk mengetahui adanya billirubin dalam urine.

 c.       Prinsip
Bilirubin mereduksi FeCl3 menjadi  senyawa warna hijau ( sebelumnya Bilirubin dalam urine diendapkan dengan larutan BaCl2 ).
d.      Alat dan Reagensia
Alat :
1.         Tabung reaksi
2.         Matt pipet
3.         Corong
4.         Kertas saring
5.         Bulb
Reagensia :
1.   Larutan Fouchet terdiri dari :
      - TCA 25 g/100 ml Aq.
      - 10 ml larutan FeCl3 10 g/100 ml Aq.(10%)
2.   Larutan BaCl2 10%
e.        Sampel
Urine

f.       Prosedur kerja
1.      Memasukkan urine sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi
2.      Menambahkan 2,5 ml larutan BaCl2 10% dan menghomogenkan.
3.      Menyaring larutan tersebut pada kertas saring
4.      Filtrate yang di dapat, ditambah dengan larutan fauchet 2-3 tetes
5.      Mengamatinya pada cahaya matahari dengan latar belakang hitam

g.      Interpretasi hasil
(-)    bila filtrat tidak berpendar hijau
(+)   bila filtrat berpendar hijau

h.      Tahap terminasi
1.      Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
2.      Cuci tangan

2.     Urobilin Urine
Empedu yang sebagian besar dibentuk dari billirubin yang terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah billirubin menjadi urobilinogen. Sebagian besar urobilinogen berkurang dalam feses  dan sejumlah besar kembalike hati melalui aliran darah. Kemudian urobilinogen diproses ulang menjadi empedu kira-kira sejumlah 1 % diekskresi oleh ginjal di dalam urine. specimen urine harus segera diperiksa dalam setengah jam karena urobilinogen urine dapat teroksidasi menjadi urobilin

v  Pemeriksaan Urobilin
a.       Metode
Schlesinger
b.      Tujuan
Untuk mengetahui adanya urobilin dalam urine.

c.       Prinsip
Iodium akan mengoksidasi urobilinogen menjadi urobilin dengan zink akan membentuk ikatan kompleks yang akan berpendar hijau

d.      Alat dan Reagensia
Alat :
1.      Tabung reaksi
2.      Matt pipet
3.      Corong
4.      Kertas saring
5.      Bulb
Reagensia :
1.   Reagen SCHLESINGER : suspensi jenuh
      zink acetat dalam alkohol.
2.   larutan tictura iodine
e.       Sampel
Urine
f.       Prosedur kerja
1.      Memasukkan urine sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi
2.      Menambahkan 10 ml pereaksi Schlesinger ke dalam tabung, lalu kocok kuat
3.      Menyaring larutan tersebut dengan kertas saring
4.      Filtrate yang di dapat, ditambah dengan larutan tictura iodine 2-3 tetes
5.      Mengamatinya pada cahaya matahari dengan latar belakang hitam
g.      Interpretasi hasil
(-)    bila filtrat tidak berpendar hijau
(+)   bila filtrat berpendar hijau
h.      Tahap terminasi
1.      Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
2.      Cuci tangan

3.     Keton Urine
Badan keton diproduksi untuk menghasilkan energy saat karbohidrat tidak dapat digunakan seperti pada keadaan asidosis diabetic serta kelaparan / malnutrisi. Ketika terjadi kelebihan badan keton, akan menimbulkan keadaan ketosis dalam darah sehingga menghabiskan cadangan basa (missal: bikarbonat) dan menyebabkan status asidotik. Ketonuria (badan keton dalam urine) terjadi sebagai akibat ketosis.

v   Pemeriksaan Keton
a.       Metode
Rothera
b.      Tujuan
Untuk mengetahui adanya badan keton dalam urine.
c.       Prinsip
Aceton dengan natrium nitroprusid membentuk ikatan kompleks yang berwarna hijau

d.      Alat dan Reagensia
Alat :
1.      Tabung reaksi
2.      Matt pipet
3.      Corong
4.      Kertas saring
5.      Bulb
Reagensia :
1.      Larutan Rothera

e.       Sampel
Urine
f.       Prosedur kerja
1.      Memasukkan urine sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi
2.      Menambahkan 2 ml Ammonium sulfat, homogenkan
3.      Menambahkan 2 tetes Natrium nitroprusid, homogenkan
4.      Melalui dinding tabung alirkan amoniak 28% sebanyak 1 – 2 ml
5.      Mengamatinya hasil tabung reaksi

g.      Interpretasi hasil
(-)    tidak terbentuk cincin warna ungu
(+)   bila terbentuk cincin warna ungu antara kedua lapisan

h.      Tahap terminasi
1.      Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
2.      Cuci tangan

Catatan : materinya diganti menjadi Bilirubin,urobilin,keton

Selasa, 04 Oktober 2011

GLUKOSA URINE / REDUKSI URINE

1.     Glukosa Urine
Pemerikasaan terhadap adanya glukosa dalam urine termasuk pemeriksaan penyaring. Menyatakan adanya glukosa dapat dilakukan dengan cara yang berbeda- beda. Caranya yang tidak spesifik menggunakan suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi oleh glukosa. Diantaranya reagen yang dapat dipakai untuk mnyatakan adanya reduksi yang mengandung garam cupri. Glukosuria dapat dibuktikan dngan cara spesifik menggunakan enzim glukosa oxidase.

v   Pemeriksaan Glukosa Urine
a.      Metode Fehling
Tujuan             :
Untuk mengetahui adanya gula dalam urine

Prinsip             :
Dengan pemanasan urine dalam suasana alkali, glukosa akan mereduksi cupri sulfat menjadi cupro oksida. Pengendapan cuprihidroksida dicegah dengan penambahan kalium natrium tartrate.

Alat dan Reagensia
            Alat     :
                        1.      Tabung reaksi
                        2.      Penjepit tabung reaksi
                        3.      Api spirtus
Reagensia :
                        1.      Fehling A
                        2.      Fehling B

Sampel                        :
            Urine

Prosedur kerja
1.      Campurkan 2 ml Fehling A dan 2 ml Fehling B, kocok sampai rata kemudian panaskan sampai mendidih.
2.      Dimasukkan urine 1 ml  dalam dalam tabung tersebut, homogenkan
3.      Rebus di atas api sampai mendidih
4.      Dinginkan dan amati perubahan warna yang terjadi

Tahap terminasi
1.      Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
2.      Cuci tangan

b.      Metode Benedict
Tujuan       :
Untuk mengetahui adanya gula dalam urine
Prinsip       :
Glukosa dalam urine akan mereduksi garam-garam kompleks yang terdapat pada pereaksi benedict (ion cupri direduksi menjadi cupro) dan mengendap dalm bentuk CuO dan Cu2O.

Alat dan Reagensia
                                 1.         Tabung reaksi
                                 2.         Penjepit tabung reaksi
                                 3.         Api spirtus
                                 4.         Sampel urine
                                 5.         Benedict

Prosedur kerja
1.      Masukkan 5 ml benedictdalam tabung reaksi.
2.      Teteskan 5 – 8 tetes urine ke dalam tabung tersebut.
3.      Rebus di atas api sampai mendidih
4.      Dinginkan dan amati perubahan warna yang terjadi

Interpretasi hasil Reduksi urine
(-)              : Tetap Biru, biru kehijauan
(+1)           : hijau  kuning – kuningan dan keruh (sesuai dengan 0,5 – 1 %  glukosa)
(+2)           : kuning keruh (1 – 1,5 % glukosa)
(+3)           : jingga atau warna lumpur keruh (2 – 3,5 % glukosa).
(+4)           : merah bata(lebih dari 3,5 % glukosa).

Tahap terminasi
1.      Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
2.      Cuci tangan